Kabupaten Jeneponto | |
---|---|
Julukan: | |
Peta | |
Koordinat: 5.63333°S 119.73333°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | 4 Juli 1959[2] |
Dasar hukum | UU Nomor 29 Tahun 1959[2] |
Hari jadi | 1 Mei 1860[3] |
Ibu kota | Bontosunggu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar |
Pemerintahan | |
• Bupati | Junaedi B (Pj.) |
• Wakil Bupati | Lowong |
Luas | |
• Total | 749,79 km2 (289,50 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 418.182 |
• Kepadatan | 560/km2 (1,400/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 96,04% Penghayat 3,92% Kristen 0,04% - Protestan 0,03% - Katolik 0,01%[4] |
• IPM | 65,13 (2022) Sedang[5] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | |
Kode BPS | 7304 |
Kode area telepon | 0419 |
Kode ISO 3166 | ID-SN |
Pelat kendaraan | DD xxxx G* |
Kode Kemendagri | 73.04 |
Kode SNI 7657:2023 | JNP |
APBD | Rp 1.152.110.000.000,00- (2023)[7] |
PAD | Rp 111.680.000.000,00- (2023)[7] |
DAU | Rp 643.081.319.000,00- (2023) |
DAK | Rp 219.668.222.000,00- (2023) |
Situs web | www |
Kabupaten Jeneponto (Makassar: ᨍᨙᨊᨙᨄᨚᨈᨚ, translit. Je’ne’pònto, pengucapan bahasa Makassar: [ɟeʔnɛʔˈpontɔ]) adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Jeneponto berada di desa Bontosunggu, Kecamatan Tamalatea. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km² dan berpenduduk sebanyak 418.182 jiwa (2023).[4] Pembagian administratif di Kabupaten Jeneponto meliputi 32 kelurahan dan 82 desa yang tersebar ke 11 kecamatan.[8][9]
Sejarah
Masa kerajaan[sunting | sunting sumber]
Sebelum kedatangan bangsa Belanda di Sulawesi Selatan, wilayah di Kabupaten Jeneponto merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang dihuni oleh suku Makassar. Wilayah Kabupaten Jeneponto dikuasai oleh kerajaan-kerajaan yang kekuasaannya berada dalam pengaruh Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Kabupaten Jeneponto pada masa kerajaan di Sulawesi Selatan terbagi-bagi menjadi 6 kerajaan, yaitu Kerajaan Garassi, Kerajaan Bangkala, Kerajaan Binamu, Kerajaan Tarowang, Kerajaan Sapanang, dan Kerajaan Arungkeke.[10]
Masa kolonial[sunting | sunting sumber]
Kerajaan Bangkala dan Kerajaan Binamu memisahkan diri dari Kerajaan Laikang pada bulan November 1863. Pada masa tersebut, wilayah Kerajaan Laikang berada dalam pemerintahan Hindia Belanda. Kedua kerajaan ini mengadakan perlawanan politik dengan Hindia Belanda. Pada tanggal 29 Mei 1929, Kerajaan Binamu memilih seorang raja baru yang dipilih oleh rakyatnya melalui lembaga adat bernama Toddo' Appaka.[11]
Tanggal 20 Mei 1946, adalah simbol patriotisme Raja Binamu (Mattewakkang Dg Raja) yang meletakkan jabatan sebagai raja yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda . Dengan Demikian penetapan Hari Jadi Jeneponto yang disepakati oleh pakar pemerhati sejarah, peneliti, sesepuh dan tokoh masyarakat Jeneponto, dari seminar Hari jadi Jeneponto yang berlangsung pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2002 di Gedung Sipitangarri, dianggap sangat tepat, dan merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.[butuh rujukan]
Masa kemerdekaan Indonesia[sunting | sunting sumber]
Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Sulawesi kemudian menetapkan Kabupaten Jeneponto sebagai Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan pada tanggal 1 Mei 1959. Penetapan ini bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Takalar yang memperoleh pemekaran wilayah dari Kabupaten Jeneponto.[11]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih tanggapan anda